Tante Lin Pemuas Nafsuku




Awalnya, kenalkan namaku Frans, umur ku 21 tahun, serta ini ialah kali pertamanya saya kirim narasi di sini, untuk share untuk rekan-rekan yang berada di http://ceritakhusus-dewasa.blogspot.com/. Saya ialah seorang masyarakat turunan, sekarang ini saya sedang kuliah dalam suatu PTS di Jakarta. Tinggi
tubuhku 180 cm, berat tubuh ku 67 kg. Saya ialah anak pertama dari dua bersaudara. Minta maaf bila bahasanya ada yang tidak pas, sebab saya belum eksper dalam menceritakan, serta kosakataku dalam berbahasa kurang, tetapi mudah-mudahan rekan-rekan masih pahami arti dari ceritaku ini. Bila ada pendapat atau kritikan tolong e-mail saya.

Pengalaman ini kualami baru 2 bulan lalu, serta ini adalah kali pertamanya saya lakukan jalinan tubuh dengan seorang wanita. Persisnya dengan seorang tante, panggil saja namanya tante Lin, ia seorang janda yang ditinggal mati suaminya seputar 4 tahun lalu, usia tante Lin saat ini 31 tahun, memiliki seorang anak yang masi kecil. Ia sebetulnya seringkali sekali tiba ke Jakarta, serta memang memiliki satu rumah di sini, dan memiliki seorang anak angkat yang adalah anak dari kakaknya. Namanya Fandri, ia sedang kuliah serta tinggal di kos yang sama denganku, tetapi ia lebi muda dariku dua tahun. Kami cukup dekat, hingga kami seringkali keluar atau pergi jalan bersama-sama.

Perkenalanku dengan tante Lin, ialah saat kunjungannya ke Jakarta, sebab sebetulnya ia datang dari Kalimantan. Pada saat itu, saya dibawa makan siang bersama-sama oleh Fandri, serta tuturnya ada tantenya yang tiba ke Jakarta bersama-sama anaknya. Fandri janji untuk berjumpa tantenya dalam suatu mall yang cukup populer di Jakarta. Sesudah menanti semasa hampir 1/2 jam, pada akhirnya kami berjumpa dengan tantenya. Pertama-tama lihat tantenya, pandanganku seperti tidak dapat ketempat lain lagi. Saya demikian kagum lihat performanya, demikian rapi, cantik serta seksi. Wajahnya yang putih serta mulus, rambutnya yang panjang terurai, membuat nampak demikian merangsang, dan badannya yang langsing, pinggang yang ramping, serta

ukuran badan yang tidak tinggi, kemungkinan seputar 160cm. Dadanya yang montok, besar serta kencang, kemungkinan seputar 34D, ditambah dengan menggunakan baju putih ketat dengan kancing sisi atas yang dibuka, sampai buah dadanya yang besar itu nampak demikian indah serta montok, terlihat menyembul, seperti ingin keluar dari bajunya. Pantatnya yang bundar serta kecil itu, nampak demikian padat. Adik kecilku serta pernah menegang , sebab lihat keseksian, keelokan, kemontokan badannya, serta langkah jalannya yang seperti terlihat di catwalk. Dalam diriku tidak stop memuja badan yang benar-benar seksi itu, serta begitu nafsu lelaki saya ada, karenanya pertama kalinya saya lihat panorama yang demikian merangsang. Jujur saja, saya benar-benar ingin meremas-remas dada serta bokongnya itu, tangan ku telah gatal rasa-rasanya. Tetapi saya masi dapat meredamnya.

Kemudian kami sama-sama berteman, tangannya yang kecil itu demikian lembut. Serta diteruskan dengan makan siang bersama-sama, kami bercakap-cakap serta jadi dekat, sebab tante Lin orangnya gaul, jadi semua perbincangan kami berasa menyambung. Usai makan, kami diantar pulang ke kos oleh tante Lin. Sayang sekali saya tidak bertanya no ponselnya. Setalah hari itu, kami semakin seringkali berjumpa, sebab tante lin seringkali ajak kami pergi makan serta jalanan. Serta saya jadi makin inginkan untuk nikmati badannya itu. Tante lin seringkali telpon-telponan denganku, terkadang cuma untuk bercakap saja, tetapi tante Lin seringkali menelponi saya dibanding anak angkatnya. Serta pernah ia mintaku menjadi anak angkatnya, tetapi saya cuma menganggap basa-basi saja.

Tidak berasa telah berapakah kali kami berjumpa, serta pada akhirnya saya jadi betul-betul dekat dengan tante Lin.. serta tante Lin ajaku untuk bermalam ditempatnya. Sebelumnya saya menampik, tetapi tante Lin masih memaksakan seperti anak yang manja, pada akhirnya saya terima ajakannya. Saya cuma pura-pura menampik, tetapi sebetulnya saya ingin bermalam ditempatnya.

Malam itu, saya serta tante Lin sekedar duduk di lantai teras tempat tinggalnya di lantai teratas. Angin malam yang mempersejuk, serta situasi yang tenang, membuat kami berasa lebi enjoy. Saat itu anak-anaknya telah tidur.

Sebab saya serta tante Lin telah dekat, karena itu saya membulatkan tekad bertanya-tanya suatu hal yang "nakal".

"tante tidak merasa kesepian, jika malem-malem tak ada yang temenin tidur.. hehe..", candaku pada tante Lin..

awalnya tante Lin terlihat terdiam tidak ingin menjawab, cuma ketawa kecil, tetapi pada akhirnya, "Nakal kamu ya.."

"memang sich kesepian.. tetapi ingin bagaimana.. tak ada yang menghibur.. ", sambungnya dengan sedikit merintih.

"hahaha.. jika tante bole.. saya ingin menghibur tante..", candaku lagi.

"haha.. emangnya kamu dapat apa.. belumlah ada pengalaman, trus nanti justru tante yang sedih..", tanyanya, sekalian memancingku.

"iya.. tetapi minimal saya sempat simak serta tahu beberapa cara ama

beberapa posisi nya..", candaku dengan sedikit melawan.

"yuk masuk saja.. lebih dingin saja nih di sini..", ajaknya serta mengganti tema. Serta kami juga masuk di dalam.


Kubungkukkan tubuhku sedikit, hingga menggerakkan badan tante Lin sedikit kebelakang, serta pada akhirnya mukaku sampai pas dimuka dadanya,

"besar sekali tante..", kataku spontan, saya tidak lihat matanya, tetapi saya tahu jika ia ketawa senang.

Kubaringkan tubuhya ke tempat tidur, tante Lin di bawah serta saya di atas menindihnya. Lalu kuciumi, kusedot-sedot serta kugigit-gigit kecil puting susunya, tanganku meremas dadanya lainnya, jariku dengan cara refleks mulai memutar-mutar serta mencubit-cubit kecil puting susunya.

"aaahh..", desahnya.. Kubuka mulutku selebar-lebarnya serta dengan sedikit memaksakan saya coba "mengonsumsi" dadanya sebanyak-banyaknya. Saya ingin "menelan" semua dadanya. Kuremas, Kugigit, kujilat serta kusedot, semuanya kulakukan berkali-kali kali sampai saya senang.

"ssshhh..aahhh..aah..aah..", desahannya makin membuat nafsuku menggelora.

Sesudah senang dengan dadanya, saya mulai turun menciumi perutnya, menjilat-jilat pusarnya, ke-2 tanganku masih memegangi dadanya, tangan tante Lin masih menggenggam kepalaku, ikuti ke mana kepalaku bergerak.

Pada akhirnya saya sampai di muka mem*knya, yang rupanya telah basah, saya mencium berbau harum serta lembut dari mem*k serta disekitar pangkal pahanya.

Saya tidak tahan lagi,langsung kujilat serta kugigit-gigit kecil klit nya, saya mainkan lidahku secara cepat di duburnya, turun-naik dari pantat ke klitnya, berkali-kali sampai wilayah itu basah oleh ludahku.

"aaaaaaaaahhhh...........", suara desahannya yang rendah, serta makin kuat tante Lin menjambak rambutku.

Kujilati mem*k nya seperti sedang menjilat es cream, es cream yang tidak pernah habis. Kemudian saya belutut di tempat tidur serta mengusung pantatnya tinggi-tinggi, hingga ke-2 lututnya ada di dekat sama kepalanya, semasa dalam tempat kepala serta kaki di bawah tetapi pantatnya terangkat semacam itu, ke-2 tangannya cuma dapat menggenggam pantatnya, menarik kekanan serta kekiri, hingga lubang vagina serta lubang pantatnya bisa kulihat secara jelas. Tangan kiriku menggenggam perutnya, dengan

tubuh kutahan punggungnya agar tempatnya tidak beralih. Serta dengan jemari tengah dan telunjuk tangan kanan, kumasukkan di dalam vaginanya, ke-2 jariku main-main, berputar-putar kiri-kanan, serta keluar masuk di

lobang vaginanya.

"aaaahh... aaaahh..aaaahhh.. eennaaaakkk...", kata tante Lin sekalian pejamkan mata, membuatku makin semangat mainkan vaginanya.

"jangan berhentii.... trussss.... aaaahh..."

Sesudah lumayan lama saya main-main dengan mem*knya, pada akhirnya badan tante Lin seperti kejang-kejang, serta bergerak secara cepat dan kuat, sampai saya sedikit kerepotan meredam tempatnya.

"aaaah.. aaaa..aaaaaaaaaaaaahh..", kata tante Lin, sambil badannya mengejang-ngejang, lalu keluar cairan putih kental yang lumayan banyak dari dalam vaginanya, membasahi tanganku serta daguku, serta menebar ke dadaku serta perutnya, saya tidak paham cairan apakah itu, baunya juga tidak

demikian enak.

"haah.. hah.. hah..hah..", suaranya kelelahan, dibarengi keringat yang bercucuran serta badannya mulai melemas. Tangannya juga jatuh terkulai keranjang, tante Lin seperti terlihat orang yang telah KO.

"Jilatin franss... jilatin yaa.. sampai bersih...", kata tante Lin

dengan manja.. Sebelumnya saya tidak ingin, tetapi sesudah dengar keinginan manja tante Lin, pada akhirnya kulakukan . Walau sebenarnya penisku saja belum kumasukan di dalam vaginanya, tetapi tante Lin telah kelelahan. Tetapi saya

sebenernya telah kelelahan ada di tempat semacam itu, tanganku telah pegal-pegal, tetapi nafsu serta semangatku masih besar, sebab saya belom senang, jadi jangan putus ditengah-tengah jalan.

"hahh.. franss.. jemari kamu benar-benar nakal..", tuturnya

terengah-engah.

"sini frans..", panggilnya sekalian menarik kepalaku merapat ke wajahnya.

Dengan demikian saya menindih tubuhnya, dadanya yang besar itu mengganjal badanku, serta kubiarkan penisku terjepit antara badan kami. Saya bisa merasai detak jantungnnya, desahan nafasnya yang sudah kelelahan. Ke-2 tangannya melingkar memeluk leherku, kakinya

melingkat serta melipat di punggungku. Tanganku menggenggam pinggangnya, meraba-raba dari atas ke bawah, serta satunya lagi mengelu-elus rambutnya yang panjang serta terurai itu. Badannya betul-betul dibasahi oleh keringat. Saya menyengaja gerakkan badanku maju-mundur, menyengaja membuat penisku yang masih tetap tegang itu mengosok-gosok mem*knya, menyengaja kuraba-raba tepian dadanya yang turut berbergerak maju mundur, kulakukan agar bisa membuat bergairah lagi.

"frans, tante senang sekali langkah lu ngobokin vagina tante..", kata tante Lin memjuaku.

"jadi bagaimana.. tante senang gak..", tanyaku.

"senang sekali.. baru demikian saja tante uda kelelahan..", tuturnya sekalian menggenggam pipiku serta memandang mataku dalam-dalam.

"tetapi tenang saja.. tante masi kuat kok..", sambungnya merayu.

Tanpa ada banyak bicara lagi,langsung saya mencium bibirnya.. Petandan awalnya ronde ke-2.

"hhmmppp... hmmppp.. hemmmpp...", desahannya menjukkan jika tante Lin masih bergairah. Perlahan saya mulai merasai putingnya mengeras kembali lagi didadaku, tangan serta kakinya memeluk badanku lebih erat.

Nampaknya memang betul, nasfu serta stamina tante Lin telah kembali lagi.

Cukup berapakah menit saja, serta air ludah mulai penuhi mulut kami.

Tante Lin menggerakkan badanku kesamping, serta kamipun bertukar tempat, saya di bawah serta tante Lin di atas. Dihisapnya kembali lagi semua air ludah itu, perlahan tante Lin menegakkan tubuhnya. Tante Lin juga lakukan hal barusan, keluarkan air ludah itu dikit demi sedikit ke dadaku,

perutku, lalu pada akhirnya membanjiri badannya sendiri, air ludah itu terus turun secara cepat sampai membasahi penisku yang ada terjepit antara sisi dalam pangkal pahanya serta badanku.

Dengan senyuman serta tatapan mata nakal, tante Lin mengundurkan badannya, lalu membungkuk, sekalian menggenggam penisku, tante Lin menumpahkan tersisa air ludah itu ke penisku.

"wow.. cukup punyai kamu yaa...", tuturnya dengan bergairah, sekalian menggenggam erat penisku.

"barusan telah gantian kamu.. saat ini gantian tante untuk kamu

kelelahan..", kemudian, tante Lin mulai mengecup kepala penisku.

Tangan yang satunya menggenggam, mainkan serta mendesak-nekan, serta terkadang digenggamnya dengan kuat buah pelirku.

"Aaah...", kataku sebab rasa ngilu di buah pelirku.

Dengan tempat kakiku yang terbuka lebar, tanpa ada banyak bicara lagi, tante Lin dengan tatapan nakalnya mulai menjilati dari pangkal tangkai sampai keujung penisku. Tanganku memegangi rambutnya, sebab saya ingin lihat panorama yang tidak ingin saya lalui, bagaimana tante Lin menjilati penisku dengan nafsunya. Digititnya kecil ujung penisku, rasa-rasanya geli sekali. Dikulum-kulumnya penisku, dijilatnya seperti sedang menjilat tangkai eskrim kesenangan yang tidak pernah habis.

Saat ini gantian buah pelirku turut di"makan"nya, dimasukkan di dalam mulutnya dengan bulu-buluku. Lidahnya bermain secara cepat di dalam mulutnya, kadang-kadang pelirku seperti sedang dikunyah oleh tante Lin. "aaahh..", teriakku kecil, meredam sakit.

Penisku telah basah sekali oleh air ludah tante Lin, nafsunya seperti tidak ketahan lagi. Penisku teraa panas dikarenakan bersinggungan dengan mulut serta tangannya. Kepalanya turun naik secara cepat diiringi dengan tangannya. Kadang-kadang kepala penisku ditarik dengan kuat oleh

giginya. Geli sekali.

Lumayan lama tante Lin main-main dengan penisku, kurang lebih hampir 1/2 jam, pada akhirnya saya tidak tahan lagi.

"aaaaa.. tanteeeee...", teriakku panjang.

Dengar semacam itu, tante Lin semakin percepat pergerakan mulut serta tangannya. Otot kakiku telah mengejang meredamnya, pada akhirnya.. crrttt.. crrttt.. keluar spermaku. Tante Lin tidak keluarkan penisku dari mulutnya, dengan nafsu tante Lin menjilati semua spermaku, tidak dibiarkannya setetespun mengalir keluar. Semua ditelan tanpa ada tersisa, serta penisku masi disedot-sedotnya. Demikian bergairahnya sampai tante Lin seperti terlihat wanita yang betul-betul kehausan akan spermaku.

"aaahh.. punyai kamu hangat sekali rasa-rasanya.. nikmat sekali..", kata tante Lin.

"ha ha.. saat ini kita satu sama..", sambungnya dengan senang, sekalian menindih tubuhku.

Kami berangkulan diranjang, sama-sama meraba-raba badan. Kuelus pahanya yang mulus, sedang tante Lin mengelus-elus perut serta dadaku. Kami sama-sama bertatapan serta sama-sama beri pujian.

"enak sekali tante.. tante jago sekali..", kataku, nikmati bagaimana nikmatnya pengalaman dioral oleh seorang wanita cantik.

"kamu hebat.. tante senang de sama kamu.. dapat tahan semasa itu...", balasnya nakal.

Saya demikian capek, rasa-rasanya tidak ada tenaga lagi. Saya lihat tante Lin, nampaknya dia pada kondisi yang sama denganku.

Tidak banyak bicara, tante Lin mengecup dahiku.

"kita bobo dahulu saja ya saat ini.. tante ingin lanjut tetapi lemes sekali rasa-rasanya..", tuturnya.

"iya tante.. saya lelah sekali.. tante memang teratas..", balasku.

Terlihat tante Lin tersipu malu serta ketawa kecil. Sebenernya nafsuku masih besar, tetapi situasi badanku tidak sangat mungkin. Saya tidak ingin memaksakan tante Lin yang sangat kelelahan.

Demikian lemas, pada akhirnya kami tidur berangkulan, sama-sama menghangatkan. Kupeluk erat-erat badan tante Lin seperti sedang memeluk bantal, saya masih ingin merasai dadanya yang besar itu. Dengan pahanya tante Lin mengelus-elus pahaku.

Saya berasa suka sekali mesikpun saya tidak senang malam itu.

Dari mulai esok harinya, saya berasa tante Lin jadi makin sayang padaku. Dia penuhi semua keperluan serta keperluanku. Dalam 2 bulan paling akhir ini, kami sudah lakukan jalinan seks lagi seputar 10 kali serta kami kerjakan tiap ada peluang. Sempat kami kerjakan saat di dalam mobil, dikamar mandi, dikamar anaknya serta pernah di atas tempat tidurnya, tempat tidur tempat dimana tante Lin serta mendiang suaminya tidur.

Buat rekan-rekan yang ingin memberi pendapat atau kritikan atas penulisanku, minta jangan sungkan-sungkan untuk meng-email.